Kamis, 29 Januari 2009

PIDATO OBAMA SAAT PELANTIKAN (FULL TEKS)

Para saudara-saudaraku setanah air, saya berdiri di sini dengan penuh kerendahan hati untuk memenuhi segala tugas di depan kita, segala rasa terima kasih saya untuk kepercayaan yang telah kalian limpahkan., dan segala pengorbanan yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita. Saya berterima kasih pada Presiden Bush untuk pengabdiannya pada negara kita, serta kebaikan dan kerjasamanya yang telah ia tunjukkan saat melewati masa transisi.
44 warga Amerika kini telah mengucapkan sumpah suci seorang presiden. Segala kata telah diucapkan selama masa pasang-surutnya kemakmuran dan masih memberikan kedamaian. Namun, seringkali pengambilan sumpah dilakukan di tengah awan yang mendung dan badai hebat. Kali ini, Amerika masih bertahan bukan karena kemampuan atau pandangan para pejabatnya, tetapi karena kita, para rakyat, masih menyisakan kesetiaan pada idealisme negara ini.
Jadi, demikianlah segalanya terjadi. Sudah semestinya ini semua terjadi bersama generasi Amerika saat ini.
Telah kita pahami bahwa kita sekarang tengah berada dalam masa krisi. Negara ini tengah berada di dalam perang melawan jaringan kekacauan dan kebencian. Kondisi perekonomian kita melemah, sebuah konsekuensi dari keserakahan dan ketakbertanggungjawaban atas beberapa pihak, selain itu juga kesalahan kita bersama dalam membuat pilihan yang sulit dan dalam mempersiapkan bangsa demi era baru. Banyak oarang telah kehilangan rumah, pekerjaan, dan bisnis yang gulung tikar. Biaya kesehatan melambung tinggi, kegagalan di bidang pendidikan, dan setiap detik memberikan memberikan bukti bahwa cara kita memanfaatkan energi rupanya semakin menguatkan lawan dan makin mengancam keselamatan bumi.
Menurut data dan statistik, itu semua adalah indikator dari sebuah krisis. Yang tak kalah penting adalah penurunan harga diri tanah kita¬—sebuah ketakutan bahwa kemunduran Amerika tak dapat dielakkan, para generasi berikut harus menghilangkan pemikiran tersebut!
Hari ini saya berkata pada kalian bahwa tantangan yang kita hadapi sekarang adalah nyata. Mereka semua serius dan banyak. Mereka tak akan ditaklukkan dengan mudah atau dalam jangka waktu yang pendek. Tapi ketahuilah, Amerika akan mampu menaklukkannya!
Di hari ini, kita berkumpul karena kita telah memilih harapan dari pada ketakutan, kesatuan tujuan dari pada konflik dan perpecahan. Di hari ini, kita datang untuk menyatakan akhir dari keluhan-keluhan negatif dan janji-janji yang keliru dan dogma-dogma yang membuat kita kehabisan tenaga, yang selama ini telah menahan kekuatan politik kitakita masih tetap bangsa yang muda, tapi menurut Scripture, waktu telah datang utnuk menyingkirkan hal-hal yang kekanakan. Telah tiba saatnya untuk menguatkan semangat kita, untuk membuat sejarah lebih baih, untuk membawa pemberian yang sangat berharga tersebut, ide-ide terpuji tersebut, untuk diturunkan dari generasi ke generasi: Tuhan menjanjikan bahwa semua orang adalah sama, mereka semua bebas dan mereka semua pantas mendapatkan kesempatan untuk meraih kebahagiaannya.
Dalam rangka untuk menguatkan keagungan bangsa, kita mengerti bahwa keagungan tidak pernah terberi. Ia harus diperjuangkan. Perjalanan kita tak pernah menguntungkan bagi mereka yang mencari jalan pintas. Perjalanan kita tidak pernah menjadi jalan bagi pengecut—bagi mereka yang lebih memilih kenikmatan daripada bekerja, atau bagi mereka yang hanya mencari kepuasan diri dari kekayaan dan ketenaran. Lebih dari pada itu, perjalanan kita telah menjadi milik pengambil risiko, pelaku dan pecinta—beberapa merayakannya tetapi lebih banyak orang-orang menyibukkan diri untuk bekerja—, yang telah membawa kita jauh ke depan, menerobos jalan berliku, menuju kemakmuran dan kebebasan. Demi kita, mereka mengemasi milik mereka dan melakukan perjalanan menyeberangi samudra luas untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Demi kita mereka bekerja di tempat yang sangat sulit dan menempati tanah di Barat, memikul pukulan dari cambuk dan membajak tanah yang keras.
Demi kita, mereka bertarung dan mati, di tempat-tempat seperti Concord dan Gettysburg, Normandy dan Khe Sanh. Dan lagi-lagi para laki-laki dan perempuan ini berjuang dan berkorban dan bekerja sampai tangan mereka memerah sehingga kita dapat hidup dengan lebih baik sekarang. Mereka menatap Amerika menjadi lebih besar dari pada segala ambisi pribadi kita, Amerika lebih hebat dari pada segala perbedaan kelahiran, kekayaaan atau pun golongan.
Inilah perjalanan yang harus kita teruskan hari ini. Kita masih menjadi negara paling makmur, dan terkuat di dunia. Pekerja-pekerja kita masih tetap produktif seperti saat krisi baru akan dimulai. Pikiran kita masih tetap inovatif, barang dan jasa masih sama dibutuhkannya seperti Minggu lalu, bulan lalu, atau bahkan tahun lalu. Kemampuan kita masih tak berkurang. tapi, inilah saatnya kita bangkit, saatnya kita melindungi diri dari kepentingan-kepentingan yang dangkal dan meletakkan segala keputusan yang tak menyenangkan—bahwa waktu benar-benar telah berjalan. Mulai hari ini kita harus mengangkat diri, mencoba bangkit lagi, dan memulai lagi pekerjaan pembaharuan Amerika.
Di setiap tempat selalu ada pekerjaan untuk dikerjakan. Perekonomian bangsa meminta sebuah tindakan nyata, berani dan tangkas, dan kiat akan bertindak—tidak hanya menciptakan lapangan pekerjaan, tapi juga meletakkan pondasi-pondasi untuk pertumbuhan. Kita akan membangun jalan-jalan dan jembatan, jaringan listrik dan saluran digital yang akan menyokong perniagaan dan akan menyatukan kita semua. Kita akan mengembalikan ilmu pengetahuan pada tempatnya dan menggunakan kehebatan teknologi untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan menurunkan harganya. Kita akan memanfaatkan matahari, angin dan tanah untuk memberikan negergi pada kendaraan kita dan untuk menjalankan pabrik-pabrik kita. Dan kita akan mentransformasikan sekolah, dan perguruan tinggi untuk memenuhi tuntutan zaman. Semua ini dapat kita lakukan. Dan semua ini akan kita lakukan.
Sekarang, beberapa pihak mempertanyaan sejauh mana ambisi kita—orang-orang yang menyarankan sistem kita tak mampu menoleransi terlalu banyak rencana. Ingatan pereka pendek. Bagi mereka yang lupa pada apa yang telah dilakukan negara ini: apa yang dapat diraih semua oang di saat imajinasi bergabung untuk tujuan bersama, dan pemenuhan kebutuhan.
Hal-hal yang gagal dimengerti oleh para pengejek adalah segalanya telah berubah tanpa sepengetahuan mereka—bahwa argumen politik lama yang telah kita pahami selama ini tak lagi dipakai. Pertanyaan kita hari ini bukan apakah pemerintah kita terlalu besar atau terlalu kecil, tapi apakah pemerintahan kita bekerja—apakah pemerintah mampu menolong keluarka untuk menemukan pekerjaan dengan pendapatan yang layak, pelayanan yang dapat mereka bayar, uang pensiunan yang memadahi. Jika jawabannya adalah “ya”, kita berarti kita bermaksud untuk melangkah maju. Jika jawabnnya adalah “tidak”, maka semua program akan berakhir. Dan bagi mereka yang mengatur keuangan publik dimohon—untuk memanfaatkan uang dengan bijak, merubah kebiasaan buruk, dan memberikan pencerahan pada dunia bisnis—karena sekaranglah kita bisa memulihkan kepercayaan antara rakyat dan pemerintah mereka.
Pertanyaan di depan kita adalah apakah tekanan pasar membawa dampak baik atau buruk. Kekuatannya untuk menghasilkan kekayaan dan memperbesar kebebasan tidak sejalan, tetapi krisis ini telah mengingatkan kita bahwa tanpa kewaspadaan, pasar akan bergerak diluar kendali—dan bahwa bangsa tak dapat menjadi makmur dalam waktu yang lama saat tujuannya hanyalah mencari kekayaan. Kesuksesan perekonomian kita tak hanya bergantung pada besarnya GDP, tetapi pada pencapaian kemakmuran, pada kemakmuran kita untuk memperlebar kesempatan bagi mereka yang memiliki kemauan—tanpa kehilangan keinginan untuk member, tapi karena hal itu adalah jalan yang paling pasti untuk kebaikan kita bersama.
Sebagai pembelaan kita bersama, kita menolak segala pilihan di antara keamanan dan idealisme, sebagai suatu kesalahan. Para pendiri kita, menghadapi segala risiko yang sulit kita bayangkan, menyusun perjanjian untuk menegaskan aturan hukum dan hak asasi manusia, perjanjian diperjuangkan dengan darah para generasi saat itu. Idealisme-idealisme itulah yang masih menyinari dunia, dan kita tak akan menyerah demi kepentingan terbaik. Dan juga untuk semua orang dan pemerintah yang menyaksikan acara hari ini, dari ibu kota terbesar hingga desa kecil di mana ayah saya dilahirkan: ketahuilah bahwa Amerika adalah kawan dari tiap bangsa dan tiap laki-laki, perempuan dan anak-anak yang mencari kedamaian di masa depan dan harga diri, dan bahwa kita siap untuk memimpin sekali lagi.
Generasi muda menghadapi fasisme dan komunisme tak hanya dengan senjata dan tank, tapi dengan aliansi yang kuat dan memperkokok pendirian. Mereka mengerti bawa kekuatan kita yang sendirian tak dapat melindungi diri kita, tak juga membuat kita tersohor seperti yang kita inginkan. Lebih dari itu, mereka mengerti bahwa kekuatan kita tumbuh melalui pemanfaatan kekuatan yang penuh dengan kebijaksanaan, keamanan kita berasal dari asas-asas keadial, kekuatan yang kita contohkan, dan kualitas pengendalian diri.
Kita adalah penjaga warisan. sekali lagi Dituntun oleh prinsip-prinsip tersebut, keta dapat menemui ancaman-ancaman yang menuntuk bahkan lebih besar usaha—bahkan lebih besar kerjasama dan saling pengertian antar bangsa. Kita akan mulai meninggalkan irak secara bertanggung jawab pada rakyatnya, kita akn bekerja tanpa lelah untuk mengurangi ancaman nuklir, dan membuat perdamaian di Afghanistan. Bersama dengan kawan lama dan para lawan, kita akan bekerja tanpa lelah untuk mengurangi ancaman nuklir dan mmengingat kembali akan ancaman pemanasan bumi. Kita tak akan meminta maaf untuk ccara jidup kita, tak juga akan ragu-ragu dalam membela diri, dan bagi mereka yang terus mencapai tujuannya dengan dengan melakukan teraor dan menyerang orang-orang tak berdosa, kami akan katakan pada kalian sekarang bahwa semangat kami telah lebih kuat dan tak akan terkalahkan, kalian tak dapat menaklukakan kami dan kami akan mengalahkan kalian.
Untuk ktia ketahui bahwa potongan-potongan kecil dari warisan-warisan tiap budaya adalah sebuah kekuatan, bukan kelemahan. Kita adalah bangsa yang terdiri dari Kristen dan Muslim, Yahudi dan Hindu—dan tanpa agama. Kita terbentuk oleh tiap bahasa dan budaya, dan berasal dari semua daerah di bumi ini dan karena kita telah merasakan pahitnya perang sipil dan perpecahan dan mentas dari dari episode kelas, lebih kuat dan lebih menyatu, kita tak adapa menolong tapi percaya bahwa kebencian yang lama tumbuh, suatu saat akan hilang, bahwa patas antar suku akan memudar, bahwa dunia akan tumbuh makin kecil, rasa kemanusiaan kita akan keluar dengan sendirinya, dan bahwa Amerika harus memankan perannya sebgai pengantar menuju era perdamaian.
Untuk dunia Muslim, keta mencari cara baru untuk maju, berdasarkan kepentingan yang saling menguntungkan dan saling menghormati. Untuk semua pemimpin di seluruh dunia yang mencari untuk menebar konflik atau menyalahkan kerugian komunitasnya pada barat—ketahuilah bahwa pengikutmu akan menilaimu pada apa yang telah kalian bangun, bukan apa yang kalian hancurkan. Untuk merkea yang mereka yang berpegang teguh pada kekuasaan melalui korupsi dan kebohongan dan menutup segala perbedaan pendapat, ketahuilah bahwa kalian berada pada sisi yang salah pada sebuah sejarah, tapi, kami akan membuka tangan jika kalian mau membuka kepalan tangan kalian.
Untuk rakyat di negeri miskin, kami berjanji untuk berada di sisi kalian untuk membuat kebun kalian subur dan membiarkan air bersih mengalir, untuk memberi makan yang kelaparan dan memberi asupan ilmu bagi pikiran yang lapar. Dan untuk negeri-negeri miskin seperti milik kami yang mampu menikmati sedikit, kami katakan kami tak lama lagi dapat mengusahakan kelalaian keluar dari hidup kita, kami juga tak akan menikmati sumberdaya alam tanpa mempertimbangkan efeknya. Sebagaimana dunia berubah dan kita harus berubah bersamanya.
Sebagaimana jalan yang terbuka di depan kita, kita ingat dengan segala rasa terima kasih pada rakyat Amerika yang, pada saat ini, berjaga-jaga di gurun dan gunung nun jauh di sana. Saat ini mereka pun punya andil, yang sama berjasanya dengan pahlawan-pahlawan dulu kala. Kita hormati mereka tak hanya karena mereka penjaga kemerdekaan kita, tapi juga karena mereka mewujudkan semangat melayani; sebuah kemauan untuk menemukan makna dari sesuatu yang lebih besar dari pada dirinya sendiri. Dan pada saat ini—sebuah momen yang akan menentukan sebuah generasi—justru semangat inilah yang semestinya merasik dalam jiwa kita semua.
Untuk segala hal yang dapat dilakukan pemerintah dan harus dilakukan, ini adalah keyakinan dan kebulatan tekat dari rakyat Amerika yang menjadi sandaran bagi bangsa. Adaalh sebuah kebaikan untuk menolong orang asing saat musibah terjadi, ketidakegoisan seorang pekerja yang mau memotong waktu kerjanya daripada melihat kawannya kehilangan pekerjaan. Adalah keberanian seorang pemadam kebakaran yang menentang tangga yang penuh dengan asap, dan juga sebuah kemauan orang tua untuk merawat anaknya, yang pada nantinya akan menentukan nasib bangsa.
Tantangan kita mungkin baru. Segala sarana dan cara yang kita pakai untuk memenuhi tantangan tersebut mungkin saja baru. Tapi segalanya itu berarti kesuksesan, tergantung pada—kerja keras dan kejujuran, keberanian dan keadilan, toleransi dan rasa ingin tahu, loyalitas dan patriotisme—hal-hal ini telah tua. Tapi hal-hal ini adalah benar. Mereka telah cukup membawa kemajuan di sepanjang sejarah. Yang diinginkan kemudian adalah kembali pada kebenaran ini.apa yang dituntut pada diri kita adalah era baru dari sebuah tanggung jawab—sebuah awal, dari tiap diri orang Amerika, bahwa kita memiliki tanggung jawab pada diri kita sendiri, pada bangsa kita, dan dunia, tanggung jawab yang kita emban tanpa rasa enggan melainkan dengan rasa senang hati, kekuatan dalam ilmu pengetahuan di mana tak ada sesuatu pun yang memuaskan bagi sebuah semangat, jadi kenalilah karaktir diri kita sendiri, dari pada memberikan segala yang kita punya pada tugas-tugas yang berat.
Ini adalah janji dari seorang warga Amerika.
Ini adalah sumber kepercayaan diri kita—ilmu pengetahuan di mana Tuhan telah memanggil kita untuk menentukan nasib kita yang belum pasti.
Ini semua berarti kemerdekaan dan keyakinan—mengapa laki-laki dan perempuan dan anak-anak dari tiap ras dan tiap agama dapat bergabung dalam perayaan ini melewati dinding pembatas. Dan mengapa seorang laki-laki yang ayahnya pada 60 tahun lalu tak mendapat pelayanan di sebuah restoran lokal, sekarang mampu berdiri di depan kalian semua untuk mengucap sumpah suci.
Jadi marilah kita menandai hari ini dengan mengingat—siapakah kita dan sudah sejauh manakah kita melangkah. Di ulang tahun Amerika, di sebuah bulan terdingin, sebuah kumpulan prajurit tengah behimpit-himpitan mengelilingi api unggun yang hampir padam di sebuah pinggir sungai yang membeku. Ibu kota telah terabaikan. Para musuh terus menyerang. Salju telah bercampur dengan darah. Di saat hasil revolusi penuh dengan keraguan, Presiden kita meminta kata-kata ini dibacakan pada rakyat: “biar ini diceritakan pada dunia... bahwa di tengah musim yang sangat dingin, saat atak ada apapun kecuali harapan dan kebaikan dapat bertahan... bahwa kota dan negara diperingatkan pada satu bahaya bersama, majulah dan hadapi ini semua,”.
Amerika! Dalam musibah bersama, di musim di masa sulit kita, mari kita ingat kata-kata abadi tersebut. Dengan harapan dan kebaikan, marilah kita lawan segala rasa dingin dan menahan badai yang mungkin terjadi. Biarkan kata-kata ini diteruskan pada anak cucu, bahwa pada saat kita diujik kita menolak untuk mengakhiri perjalanan ini, kita tidak melangkah ke belalakan, tidak juga bimbang dan dengan mata menatap lurus menuju horizon dan keanggunan Tuhan di atas kita, terus membawa pemberian indah dari sebuah kebebasan dan meneruskan nilai-nilai tersebut dengan baik pada anak cucu kita.

Rabu, 14 Januari 2009

BUSH AND OLMERT IS PLAYING FEEDING FRENZY ON GAZA

Sudah lebih dari dua minggu penyerangan Israel pada penduduk Gaza belum juga berhenti. Saluran berita di tv tak berhenti mengulas perseteruan dua bangsa itu. Entah apa yang dimaui manusia-manusia di Israel, sehingga mereka tega memborbardir Gaza tepat di pemukiman padat penduduk. Layaknya orang menangkap ikan, orang-orang israel telah membunuh semua ikan beserta anak-anak ikannya. Tapi sekali lagi, mereka bukan ikan!
Sudah puluhan tahun konflik Palestina-Israel tak pernah padam. Cerita permusuhan telah diturunkan mulai dari nenek moyang hingga anak cucu. Orang-orang Israel tak pernah bisa bernapas lega bila para Palestin masih hidup. Tanpa rasa perikemanusiaan, mereka pun memuntahkan seluruh rudalnya untuk mengoyak penduduk palestin. Mungkin, jika masih ada satu pohon yang tumbuh di palestin pun mereka juga akan mengebomnya.
Sejarah mencatat bahwa Israel benar-benar ingin membersihkan bumi Palestina beserta alam-alamnya dari jejak orang-orang palestin. Mereka ingin menduduki kembali Gaza dalam keadaan bersih dari sentuhan para palestina. Entah apa yang membuat mereka begitu anti Palestin.
Membunuh anak-anak polos Palestin belumlah cukup bagi para Israel. Tangisan anak-anak tak membuat mereka iba. Entah di mana hati Olmert dan Tzipi Livni. Mereka tetap saja bersikeras menyerang sekolah yang mereka duga berisi pasukan Hamas yang juga menyimpan milisi-milisi. Kelaparan, kehausan, dan kekurangan bahan bakar yang diderita oleh penduduk Palestin, tak menggerakkan hati para Israelis untuk membuka perbatasannya.
Sikap itulah yang membuktikan kepengecutan para Israelis. Mereka tak mampu bertarung secara jantan. Istilah kerennya, mereka itu tak jauh beda dengan “chicken Shit”. Mungkin, di lain pihak, mereka menyimpan ketakutan yang akan mengubur kepala mereka dalam-dalam. Mereka takut, bila bantuan datang, maka asa yang sumbangkan oleh seluruh dunia akan mengobarkan semangat juang Palestinian. Dan inilah yang ditakuti Israel! Sementara Israel tahu persis, bahwa tak seorang pun akan bersimpati pada dirinya kecuali Bush, manusia yang hatinya sudah makin membusuk itu.
Israel takut! Adalah frasa paling tepat yang menggambarkan alasan mengapa mereka terus menggencet Palestin dengan berbagai cara. Layaknya ular yang menggigit manusia saat merasa diri terancam. Ketakutan telah membuat mereka terendam dalam kubangan kebiadaban.
Banyak pihak mengatakan bahwa konflik Palestin-Israel bukan konflik agama. Melainkan konflik perebutan daerah kekuasaan. Entah benar, entah tidak. Tapi jika memang demikian, mengapa orang-orang Israel melarang orang muslim di Jerusalem melaksanakan sholat Jum’at? Dan mengapa pula mereka meluncurkan roketnya tepat di waktu-waktu sholat Jum’at? Mereka dengan sengaja ‘menggoda’ kesabaran orang-orang Muslim. Dan dengan berbagai cara mereka ingin menjauhkan para Muslimin Palestin dari agamanya. Saya hanya bisa mengangkat bahu atas ketidaktahuan saya. Biar sejarah yang menjelaskan jawabannya.
Kemarin, perbatasan di kota Rafah sempat dibuka. Sehingga bantuan bisa tersalurkan. Asa bagi mereka yang tengah teraniaya pun berhasil tersalur. Semoga uluran tangan dari saudara-saudara mereka mampu membuat harapan kembali cerah. Ratusan do’a pun terus mengalir bagi mereka yang tengah menangis karena kehilangan.
Di sini, kami sebagai saudara merasakan penderitaan itu teramat sakit. Dan kami hanya mampu berharap bahwa kelak, kemenangan ada di tangan orang-orang yang tertindas. Kebebasan dari ketakutan itulah kemenangan yang paling hakiki yang layak diterima oleh setiap orang...

Jumat, 02 Januari 2009

THE IRONIC STORY IN THE END OF 2008

Actually this is beautiful story. But, for me, it’s little bit ironic. Here it is the story! On 31 December, I and my family were surprised by the announcement in the news paper. MY SISTER WAS ENROLLED THE CIVIL SERVANT TEST SUCCESSFULLY! She became a teacher of counseling. For us, nothing better than that (at that time!).
That happiness remained me to a story about my sister. She was a naughty girl in his high school. She played truant for several times. She came late, so her teacher just looked at her desperately. Surprisingly, her teacher still remembered with that she did.
Now, my sister isn’t a naughty girl anymore. She isn’t a girl who sat on the trial chair anymore! She is a good English teacher now. Her students love her so much. Of course, that makes me proud of her. But deep inside, I keep a question: did her teacher influence her? Well, I think the punishment from her teacher thought her a lot. May be, her teacher just made her want to be a teacher. And the best part is: now, she is a teacher of counseling!
It’s the time when her head begin spinning! Her students will make her head fall in to madness… just like what she did… but, I’m so sure she can handle it. And her students will love her. And (of course) I will be very very very proud of her…

Selasa, 30 Desember 2008

BERAWAL DARI SEBUAH KECINTAAN

Satu langkah maju telah ditempuh oleh kota bengawan ini. Di saat krisis dunia makin mencekam dan travel warning untuk berkunjung ke Indonesia makin menggema, Solo mencoba terus mempertahankan eksistensinya sebagai kota budaya. satu gebrakan berani telah diambil oleh sang walikota dengan mengadakan WHCCE (World Heritage Cities Conference and Expo).

Akibat momentum tersebut, demam budaya pun menjangkiti warga solo. Terutama remaja-remaja yang terlibat sebagai Liaison Officer WHCCE. Tanpa disengaja, WHCCE telah memberikan efek domino yang teramat positig. Remaja-remaja mantan LO WHCCE tersebut memutuskan untuk membentuk sebuah organisasi yang bernama Solo Youth Heritage (SYH).

Kini, nama SYH pelan-pelan mulai menggema di kalangan budawan Solo. Tepuk tangan bergemuruh saat salah seorang mantan LO menyebutkan niatan positif para remaja tersebut disebuah acara makan malam bersama sang walikota. Tanpa terasa puluhan harapan dan tanggung jawab pun mulai bertumpuk di pundak para remaja-remaja cinta budaya tersebut.

Harapan walikota pun makin membumbung. Pasalnya, saat ini pemerintah daerah tengah gencar-gencarnya mengampanyekan cinta budaya. seribu satu cara ditempuhnya agar cagar budaya di kota bengawan ini tetap lestari. Keberadaan SYH mustinya menjadi angin segar bagi pemerintah daerah. Paling tidak, kampanye cinta budaya itu telah mengena pada beberapa remaja, yang selama ini notabene dianggap sebagai generasi MTV. SYH diharapkan bisa mentransferkan ilmu-ilmu budayanya pada masyarakat luas.

Fungsi SYH bagi budaya Solo inilah yang kelak menjadi titik sentral ruh organisasi ini. SYH tak hanya menjadi ajang berkumpul para LO WHCCE untuk bernostalgia saja. Tapi juga sebagai sentral ide-ide brilian bagi kelestarian budaya jawa. Fungsi inilah yang harus digagas secara serius oleh para pegiatnya. Setidaknya, SYH tak ketinggalan dengan organisasi-organisasi lain yang bergerak di bidang yang sama. Sungguh disayangkan jika kelak, ide-ide brilian SYH makin menurun dan bahkan terkubur sama sekali.

Permasalahan benteng vastenburg, optimalisasi pertunjukan wayang di gedung wayang orang, dan pendidikan budaya pada masyarakat, adalah sebagian kecil masalah budaya yang sudah antri menuntut perhatian para pegiat SYH. Namun, pertanyaan terbesar adalah: sudah seberapa jauhkan SYH telah melangkah? Jangan-jangan mimpi-mimpi besar itu hanyalah mimpi yang cukup suaranya saja yang bergema keras.

Dalam istilah jawa, ada ungkapan: obong-obong blarak, berarti: segala sesuatu hanya ramai di awal, tapi pada akhirnya menjadi tak terlihat cahanyanya. Itulah yang musti diwaspadai oleh para remaja-remaja cinta budaya ini. Jangan sampai semangat yang telah menggaung itu hilang di tengah jalan. Cahaya yang sempat berpijar itu meredup setelah beberapa saat.

Kini, banyak orang telah menunggu-nunggu kelahiran bayi bernama SYH itu. Sangat disayangkan jika nanti ternyata bayi itu lahir dalam keadaan mati. Organisasi yang sudah digadang-gadang menjadi pelestari budaya itu harus tetap lahir dalam keadaan sehat. Mereka harus hadir dalam bentuk yang utuh. Bukan hanya dalam bentuk simbol-simbol seperti pakaian adat, atau pun artefak-artefak jawa yang lain. Melainkan, SYH harus hadir sebagai organisasi yang tahu betul akan sejarah budayanya, terlibat dalam pemberdayaan kehidupan sosial budaya masyarakat, dan jika perlu, ikut terlibat dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan budaya.

Jika memang SYH mampu ikut terlibat dalam ranah pembuatan kebijakan, maka inilah langkah paling excelent yang mampu diraih oleh para remaja itu. Pada titik tersebut, barulah SYH benar-benar mampu menjaga amanat yang telah diembankan pada bahunya.

Adakah SYH mampu melakukannya? Mari kita lihat bersama saja...

Selasa, 16 Desember 2008

I See

hahaha.... you get that rite, mr Kris (unfortunately i cant find your blog). kalo dipikir-pikir bener juga yg dibilang si tuan kris itu. bahkan lagu-lagu Papa T Bob pun gak mendidik. so, mungkin harus ada kreator-kreator baru yang peduli dengan dunia anak. dengan begitu, anak-anak pun bisa tumbuh sehat sesuai umurnya... thanks for your comment, Mr. Kris...
oya, thanx juga buat ardi nirmala and palupi for your comments. it means a lot...

Rabu, 29 Oktober 2008

Mr.Insaf: The Family Man


And the last Russian man I will tell is: Mr. Insaf! His full name is: Galiev Insaf. I’ll call him as a family man. Believe me, he is a truly gentleman. He is the one who speaks in English. He is very helpful. He treats me very well. And he has very good smile. Everytime he see me, he always say: Hello tifa, how are you? (I miss that greeting).

In 31 years old, he becomes a head of the department for the International and Intermunicipal Cooperation. Smart guy, isn’t he??

Mr. Insaf told me about Kremlin in Kazan. And he promised me to send a photo of Kazan. Because of his story, I dream about it. I really really want to go there. (I must go there some day). Unfortunately, I don’t have time to tell about solo. We are very bussy and he is too tired to have a serious conversation with me.

One day, if I have a scholarship in Russia, I will go to Kazan. I will go to Bolgar. I want to pray in Bolgar’s Mosque. I believe: if there is a will, there is a way. I want to see snow in Kazan and Bolgar. And I want to feel their hospitality.

Last but not least: I miss them all. I want to say thank you for everything. See you in Russia! Amin.

NEW EXPERIENCE, NEW FRIENDS


Finally! 28 October is coming! WHC program is over! I’m happy I can do my job well. Otherwise, there is sadness when I say good bye to my guests. I almost cried. I love them all. Mr. Rafael and Mr. Yurij are nice guys. They accept me very well. They trust me as their assistant is more than enough for me. They make me feel honored.

Mr. Rafael kissed my hand when I gave his keris. Because he thought that he would lost that stuffs. From that moment I really really realize that hospitality is everything. That’s why I feel honored. His acceptance made my job became easier. Unfortunately I can not ask him about Bolgar. He can not speak in English. He just speak in Russian. (now, I have difficulties if I want to send him a letter. I’m afraid he can not understand what I’m talking about in my letter).

And, here come Mr. Yurij. I’ll tell you my story about Mr. Yurij. First time I saw him, he was very cool. He didn’t give me smile. At all. I wonder, how come this cute guy never gives smile to young beautiful lady. (hahahahaha). Actually, its not my business. But, I feel uncomfortable. By respecting Mr. Yurij, so I can respect Mr. Rafael. Besides that, Mr. Yurij is also my guest. So, I had to make them comfortable as good as I can. Time by time, he smiles at me. Thank god! Believe me! Making somebody smile at you isn’t easy thing. You have to work hard for it.

I know they surprised when I talk in Russian. This is my first sentence: No afto Buse, means: go back to the bus. They laugh!!! And then they call me: Russian woman (they also call me: good woman). Hahahaha. I have one lesson from that moment: language is everything. Besides smile, you have to show your willingness to understanding somebody else. This is part of hospitality! Language is a part of somebody’s soul. Language is an identity. By talking in their language, you get half of their soul. Even just a little bit.

Mr. Rafael gave me a poster. I want to put that poster in my wall. So I can see it and wish to god that I can go over there. (but his poster is too big for my wall. So I have to think about a way to put it on).